Sabtu, Desember 11, 2010

HEPATITIS C

Jumlah penderita Hepatitis C di Indonesia dan di dunia semakin lama semakin meningkat. Padahal penyakit ini bisa dicegah penularannya. Untuk itu kali ini saya tertarik untuk mengupas tentang penyakit yang satu ini.

VIRUS HEPATITIS C
Apakah hepatitis C itu? Hepatitis C adalah penyakit infeksi pada organ hati/liver yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Adalah salah satu penyakit yang serius dan perlu penanganan yang cepat dan tepat. Untuk itu ada baiknya semua orang mau membaca informasi yang benar tentang penyakit ini.

Mungkin kita sering mendengar tentang penyakit hepatitis A. Atau sering juga mendengar tentang hepatitis B. Semua penyakit itu menyerang organ hati. Dalam bahasa kedokteran organ hati disebut Hepar. Hepatitis artinya infeksi hati/ liver. Sama dengan hepatitis A dan B, hepatitis C juga penyakit infeksi yang menyerang organ hati. Perbedaannya adalah pada virus penyebab dan cara penularannya.

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A, mirip dengan penyakit tifus, virus ini masuk lewat mulut, biasanya dari makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung virus, sehingga hal ini berhubungan erat dengan masalah sanitasi tangan, alat-alat makan/minum yang digunakan dan cara mengolah makanan. Sedang hepatitis B dan C ditularkan lewat darah oleh virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Bila darah yang mengandung virus masuk ke dalam aliran darah orang yang sehat maka orang tersebut bisa tertular.


gambar dari www.medicinet.com

virus hepatitis C


virus Hepatitis C adalah virus RNA (sederhananya adalah virus yang hanya memiliki RNA dan membutuhkan DNA makhluk hidup yang dimasukinya untuk bisa bereplikasi atau memperbanyak diri), yang merupakan famili virus-virus Flaviridae. Sel yang digunakan virus ini untuk bereplikasi adalah sel hati.

Kehadiran virus Hepatitis C di organ hati memicu dikeluarkannya sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan proses peradangan. Peradangan di hati yang lama (bertahun-tahun) dapat memberikan bekas yang disebut jaringan parut atau dalam bahasa Inggris disebut scar (dalam bahasa kedokteran disebut dengan proses fibrosis). Proses peradangan yang terus-menerus mengakibatkan penumpukan jaringan parut di hati. Maka terjadilah apa yang dinamakan Sirosis Hati. Sebagai gambaran kasar ini mirip saat kulit kita terluka dan sembuhnya meninggalkan jaringan parut, demikianlah yang terjadi pada sirosis hati dengan jaringan parut dalam jumlah yang banyak yang menyebar dalam jaringan hati.

gambar dari www.mmcenters.discoveryhospital.com

sirosis hati

Hati yang menjadi sirotik dapat gagal melakukan fungsinya secara normal. Hal ini disebut dengan Gagal Hati. Gagal hati dapat mengakibatkan banyak komplikasi penyakit, bahkan kematian. Selain itu sirosis hati juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker hati.

CARA PENULARAN
Yang paling umum dari penyebaran virus hepatitis C adalah penggunaan jarum suntik yang sama secara berganti-gantian dari satu orang kepada yang lain. Hal ini sering terjadi pada pecandu narkoba yang kurang peka akan kesterilan alat suntik yang mereka gunakan. Alat suntik yang aman digunakan adalah alat suntik baru yang steril dan dipakai hanya untuk sekali pakai untuk satu orang saja.
Alat tatto dan tindik yang tidak steril juga beresiko untuk menularkan virus ini. Selain itu penggunaan sikat gigi, alat cukur, gunting kuku, alat facial dan alat-alat yang memungkinkan kontaminasi dengan darah lainnya secara bersama-sama juga beresiko.
Cara penularan yang lain adalah kecelakaan yang terjadi di laboratorium atau rumah sakit/klinik pada petugas kesehatan yang tangannya secara tak sengaja tertusuk jarum bekas pasien penderita hepatitis C (1,8%).
Yang juga berisiko adalah hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang mengidap hepatitis C (1-4%).
Penularan dari ibu kepada anak yang dikandung dan dilahirkannya juga memungkinkan (sekitar 4 dari 100 anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi). Sedangkan penularan lewat air susu ibu yang menderita hepatitis C kepada bayi yang disusuinya belum pernah dilaporkan sehingga ASI dianggap aman. Meski demikian bila terjadi luka di sekitar puting ibu atau si ibu juga mengidap HIV, menyusui tidak boleh dilakukan.
Palang Merah Indonesia (PMI) saat ini sudah melakukan screening virus hepatitis C terhadap tiap sampel darah dari donor untuk mencegah penularan lewat transfusi darah.

Untuk hubungan sosial seperti berjabat tangan, berpelukan, berciuman, menggunakan alat makan dan minum yang sama, menggunakan jamban dan kamar mandi yang sama secara wajar tidak menularkan virus hepatitis C. Oleh sebab itu dalam merawat dan berhubungan sosial dengan keluarga atau sahabat yang menderita hepatitis C kita tidak perlu ragu atau kawatir. Mereka sangat membutuhkan perhatian dan suport dari kita.

GEJALA PENYAKIT
Orang yang mulai terinfeksi virus Hepatitis C, sekitar 75% tidak menunjukkan gejala sakit. Kebanyakan dari mereka tampak sehat-sehat saja. 25% lainnya mungkin merasakan keletihan, kehilangan napsu makan, nyeri otot atau demam yang tidak spesifik. Pada tahap awal penyakit jarang sekali terjadi ikterus/ jaundice atau kekuningan pada kulit atau mata. Hal ini yang membuat kenapa banyak orang tidak sadar bahwa dirinya sudah terinfeksi. Bila virus masuk ke dalam tubuh biasanya akan dilawan oleh sistem kekebalan tubuh kita dan mati, namun virus hepatitis C sulit dilawan oleh sistem imun kita dan biasanya akan menjadi kronis.

Setelah lama berselang dan hati mengalami peradangan yang menetap barulah terlihat beberapa gejala yang tidak spesifik, seperti cepat lelah dan gejala-gejala tidak kas lainnya (tidak enak badan). Dalam pemeriksaan darah peningkatan fungsi hati yang menunjukkan kerusakan hati mulai terjadi. Disinilah biasanya seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terinfeksi.

Bila sudah sampai tahap sirosis hati akan terlihat gejala badan terasa lemah, kehilangan napsu makan dan turunnya berat badan, kemerahan di telapak tangan, bercak pembuluh darah di kulit yang bentuknya mirip laba-laba (spider nevi/ spider angioma), proses pembekuan darah terganggu, pembesaran kelenjar payudara pada laki-laki dan lain-lain. Bila sudah masuk sampai gagal hati (fungsi hati berhenti) maka hal ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran seperti ling-lung sampai koma dan yang paling menakutkan adalah kematian. Pada sirosis hati yang parah biasanya tubuh akan menguning/ terjadi jaundice (terlihat pada kulit dan mata) akibat hati tidak mampu mengeliminasi bilirubin (komponen kekuningan hasil perombakan hemaglobin dan sel darah merah) karena banyak selnya yang sudah rusak.


gambar dari www.wikipedia.org
spider nevi/ spider angioma

Akibat sirosis yang lain adalah pengerutan hati akibat bertumpuknya jaringan parut dapat mencekik pembuluh darah besar yang melewatinya sehingga tekanan disana menjadi sangat besar. Hal ini disebut dengan Hipertensi Portal/ Portal Hypertension. Dengan berbagai mekanisme hal ini menimbulkan penumpukan cairan di rongga perut dan perut menjadi membuncit karenanya. Keadaan ini disebut Ascites. Lainnya terjadi varises di pembuluh vena di kerongkongan (esofagus, saluran yang menuju ke lambung dari mulut) yang sewaktu-waktu bisa pecah dan menimbulkan perdarahan serius/ masif. Hipertensi portal juga dapat mengakibatkan gagal ginjal, bembesaran limpa dan anemia.


gambar dari www.wikipedia.org
ascites sebagai salah satu tanda gagal hati

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bagi orang yang beresiko atau dicurgai menderita hepatitis C dan belum diobati sebaiknya melakukan screening test. Screening test pertama untuk hepatitis C adalah pemeriksaan Anti-HCV dengan teknik ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Pada pemeriksaan ini dilihat apakah tubuh kita memproduksi antibodi terhadap virus Hepatitis C. Bukan mendeteksi virusnya melainkan antibodinya. Pada orang yang sehat, tubuhnya tidak memproduksi antibodi terhadap virus hepatitis C. Bila tubuh meproduksi antibodi terhadap virus hepatitis C itu tandanya virus tersebut ada di dalam tubuh dan tubuh berusaha untuk melawannya dengan mengeluarkan antibodi.

Hasil anti-HCV ELISA bisa positif/reaktif, borderline/nilainya positif ringan, atau negatif/non reaktif. Bila hasilnya negatif dan orang yang bersangkutan bukan tergolong beresiko tinggi tertular hepatitis C, berarti orang tersebut tidak terinfeksi dan tidak perlu melakukan pemeriksaan lain. Bila hasilnya positif/ reaktif atau borderline, belum tentu orang tersebut terinfeksi. Kadang kala hasil tes pertama yang positif bisa saja salah. Sehingga bila hanya sekali melakukan tes Anti-HCV hasilnya reaktif atau borderline sebaiknya dilakukan tes penunjang (tahap kedua).

Tes penunjangnya adalah tes Anti-HCV dengan teknik RIBA (Recombinant Immunoblot Assay) yang juga mendeteksi adanya antibodi terhadap virus hepatitis C. Bila hasilnya negatif dan orang yang bersangkutan bukan tergolong beresiko tinggi tertular hepatitis C, berarti orang tersebut tidak terinfeksi dan menunjukkan bahwa tes sebelumnya hasilnya salah sehingga tidak perlu melakukan tes lainnya lagi. Bila positif berarti orang tersebut benar terinfeksi. Sedangkan bila hasilnya indeterminate berarti hasilnya masih belum jelas (unclear).

Untuk hasil tes anti-HCV RIBA yang positif dan indeterminate sebaiknya dilakukan tes berikutnya (tahap ketiga) yang lebih sensitif yaitu HCV-RNA. Pada orang-orang yang tergolong beresiko tinggi untuk terpapar hepatitis C juga dianjurkan untuk meakukan tes ini. Dalam pemeriksaan ini dideteksi kadar RNA virus di dalam tubuh. Yang dideteksi bukan antibodinya melainkan virusnya. Bila ditemukan virus di dalam darah/ positif berarti infeksi sedang berlangsung. Bila hasilnya negatif belum tentu orang tersebut tidak terinfeksi. Bisa saja virusnya baru saja masuk ke dalam tubuh atau masih berjumlah sedikit sehingga tes sebaiknya diulang kembali untuk memastikan. Bila orang yang beresiko tertular telah melakukan dua kali tes Anti-HCV dan hasilnya negatif, lalu melakukan tes HCV-RNA dan hasilnya positif, ini artinya infeksi telah berlangsung namun tubuh tidak mampu memproduksi antibodi secara memadai.


dari www.medicinet.com

Tes HCV-RNA juga berguna untuk mengetahui respon virologi pasien hepatitis C untuk menilai keberhasilan pengobatan terhadap obat-obatan antiviral yang diberikan dokter.

Untuk mendeksi adanya kerusakan pada organ hati biasanya dokter menganjurkan pemeriksaan fungsi hati, seperti SGPT, SGOT dan bilirubin. Atau dokter bisa juga menganjurkan biopsi hati.

PENGOBATAN
Belum ada vaksin yang dapat mencegah hepatitis C, tidak seperti hepatitis B yang sudah didapatkan vaksinnya yang dapat memberikan perlindungan kepada tubuh terhadap virus itu. Kesulitan mendapatkan vaksin hepatitis C antara lain disebabkan karena virus ini bisa bermutasi dan mengelak dari respon imunitas tubuh.

Untuk pengobatan, dokter biasanya memberikan antivirus seperti Ribavirin dan Pegylated Interferon sesuai dengan kondisi pasien. Namun hal ini bisa dilakukan setelah pemeriksaan yang menyeluruh, dalam pengawasan yang ketat serta tidak selamanya dapat berhasil.

Sampai saat ini terus dikembangkan penelitian untuk mendapatkan formula baru dari interferon yang lebih ampuh. Selain itu obat-obatan baru yang akan menyempurnakan kombinasi flagylated interferon dan ribavirin juga sedang diteliti agar dimasa mendatang semakin maningkatkan tingkat kesembuhan pasien.

1. Menghindari penyakit lebih baik daripada mengobati.
2. Segera periksakan diri ke dokter/ laboratorium apabila anda termasuk orang yang beresiko tinggi tertular virus hepatitis C

Sumber:
www.mmcenters.discoveryhospital.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar