Sabtu, Oktober 11, 2014

Jumat, September 16, 2011

Minggu, Desember 26, 2010

ENTEROBACTER SAKAZAKII





Susu formula bubuk secara komersial bukanlah produk steril. Susu jenis ini dalam proses pembuatannya memang dipanaskan tapi tidak seperti produk susu formula cair, selanjutnya susu bubuk ini tidak lagi terkena suhu tinggi untuk waktu yang cukup hingga dapat membuat produk kemasan akhir yang steril.


Jika pilihan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi hanyalah susu formula bubuk, risiko infeksi dapat dikurangi dengan:

  • Mempersiapkan sedikit saja susu untuk dilarutkan hanya untuk satu kali minum agar mengurangi kuantitas dan waktunya untuk konsumsi pada suhu kamar . (Memang ada perbedaan dalam penyusunan formula bayi di kalangan rumah sakit. Dalam pemakaian individu instansi tersebut haruslah mengidentifikasi dan mengikuti prosedur yang tepat agar meminimalkan pertumbuhan mikroba dalam susu).

  • Meminimalkan 'masa penyimpanan', apakah pada suhu kamar atau sementara di dalam mesin pendingin/ kulkas, sebelum formula dilarutkan; dan

  • Meminimalkan "masa menunggu" (yaitu jumlah waktu dibiarkannya susu pada suhu kamar saat diambil dari kemasan sampai pada saat diberikan kepada anak/ dalam botol dot), dengan waktu yang tidak lebih dari 4 jam. Jarak waktu didiamkan yang lebih panjang harus dihindari karena berpotensi untuk pertumbuhan mikroba yang signifikan.


Powdered infant formulas are not commercially sterile products. Powdered milk-based infant formulas are heat-treated during processing but unlike liquid formula products they are not subjected to high temperatures for sufficient time to make the final packaged product commercially sterile

If the only option available to address the nutritional needs of a particular infant is a powdered formula, risks of infection can be reduced by:

Preparing only a small amount of reconstituted formula for each feeding to reduce the quantity and time that formula is held at room temperature for consumption; Recognizing differences in infant formula preparation among hospitals, individual facilities should identify and follow procedures appropriate for that institution to minimize microbial growth in infant formulas;

Minimizing the holding time, whether at room temperature or while under refrigeration, before a reconstituted formula is fed; and
Minimizing the "hang-time" (i.e., the amount of time a formula is at room temperature in the feeding bag and accompanying lines during enteral tube feeding), with no "hang-time" exceeding 4 hours. Longer times should be avoided because of the potential for significant microbial growth in reconstituted infant
formula

Kehadiran Enterobacter sakazakii (dengan kadar yg rendah) dalam susu formula bubuk telah dikaitkan dengan wabah meningitis (radang selaput otak) dan necrotizing enterocolitis (diare) pada neonatus, terutama pada bayi prematur atau berdayatahan tubuh sangat rendah. Dalam studi saat ini kemampuan keduabelas strain E. sakazakii masih bertahan hidup pada pemanasan dalam susu formula yang sudah dicampur air sampai pada suhu 58 ° C (dengan menggunakan alat kumparan terendam). Diamati masa D58 berkisar antara 30,5-591,9 detik dan resistensi terhadap panas menjadi fenotipikal bimodal. Nilai-z dari heat strain yang paling resistensi terhadap panas adalah 5,6 ° C. Ketika susu formula bubuk yang mengandung virus ini dicampur dengan air untuk pra-diequilibrasi dalam berbagai temperatur, tingkat E.sakazaki menjadi berkurang sebanyak 4-log dicapai setelah menyeduh susu dengan air bersuhu diatas atau sama dengan 70 ° C .

From the 2003 FDA Science Forum

Board F-01

Thermal Inactivation of Enterobacter sakazakii in Rehydrated Infant Formula

S.G.Edelson-Mammel1, R.L.Buchanan2, 1OPDFB, FDA, College Park MD, 2OSCI, FDA, College Park MD

The presence of low levels of Enterobacter sakazakii in dried infant formula have been linked to outbreaks of meningitis and necrotizing enterocolitis in neonates, particularly those who are premature or immunocompromised. In the current study the ability of twelve strains of E. sakazakii to survive heating in rehydrated infant formula was determined at 58°C using a submerged coil apparatus. The observed D58-values ranged from 30.5 to 591.9 seconds with heat resistance appearing to be phenotypically bimodal. The z-value of the most heat resistant strain was 5.6°C. When dried infant formula containing this strain was rehydrated with water pre-equilibrated to various temperatures, a greater than or equal to 4-log reduction in E. sakazakii levels was achieved by preparing the formula with water at greater than or equal to 70°C.

http://www.accessdata.fda.gov/ScienceForums/forum03/F-01.htm


TANGGAPAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI SUSU FORMULA YANG TERCEMAR ENTEROBACTER SAKAZAKII

10 February 2011 (Minuman > Hasil Pengujian)
Penjelasan Hasil Pengujian Susu Formula

KETERANGAN PERS
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PENJELASAN HASIL PENGUJIAN SUSU FORMULA
Nomor: HM.04.02.1.23.02.11.01067
Jakarta, 10 Februari 2011

Sehubungan dengan tugas Badan Pengawas Obat dan Makanan RI dibidang Pengawasan Obat dan Makanan, terkait dengan keamanan, mutu, dan gizi pangan, Badan POM RI selaku otoritas Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia perlu memberikan penjelasan sesuai dengan tugas dan fungsinya, sebagai berikut:

  1. Badan POM sebagai institusi yang memiliki otoritas pengawasan, telah dan akan secara terus menerus melakukan pengawasan produk pangan termasuk produk formula bayi. Pengawasan dilakukan secara komprehensif sesuai dengan kaidah yang berlaku secara internasional meliputi pengawasan yang dimulai dari produk sebelum beredar ( pre market control ) sampai dengan produk di peredaran ( post market control ).

  2. Post market control dilakukan secara rutin antara lain melalui inspeksi terhadap sarana produksi untuk pemenuhan penerapan persyaratan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). Selain itu juga dilakukan sampling produk dari peredaran untuk dilakukan pengujian laboratorium .

  3. Sebagai respon atas hasil penelitian IPB yang dipublikasikan pada Februari 2008 dan sebagai tindakan untuk melindungi kesehatan masyarakat serta menjamin bahwa susu formula bayi yang beredar memenuhi syarat, maka pada Maret 2008 Badan POM telah melakukan sampling dan pengujian terhadap 96 (sembilan puluh enam) produk formula bayi . Meskipun pada saat itu sebenarnya belum ditetapkan adanya persyaratan cemaran Enterobacter sakazakii dalam produk formula bayi berbentuk bubuk baik secara nasional maupun internasional ( Codex Alimentarius Commission/CAC) . Hasil pengujian Badan POM menunjukkan seluruh sampel yang diuji tidak mengandung Enterobacter sakazakii.

  4. CAC baru pada Juli 2008 menetapkan k riteria mikrob iologi, antara lain persyaratan batas maksimum cemaran Enterobacter sakazakii untuk produk formula bayi berbentuk bubuk, sebagaimana tercantum dalam Code of Hygienic Practice For Powdered Formulae For Infants and Young Children.

  5. Mengingat Indonesia merupakan salah satu dari 184 negara anggota CAC, maka dalam penetapan regulasi terkait dengan standar dan persyaratan produk pangan termasuk produk formula bayi berbentuk bubuk, Badan POM mengacu pada standar yang ditetapkan oleh CAC. Oleh karena itu pada tahun 2009 Badan POM menetapkan Peraturan Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan.

  6. Selain itu, C AC dan WHO juga telah menetapkan Guidelines for the Safe Preparation, Storage and Handling of Powdered Infant Formula (FAO/WHO-2007). Berdasarkan hal itu, pada tahun 2009 Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor HK.00.05.1.52.3920 tentang Pengawasan Formula Bayi dan Formula Bayi Untuk Keperluan Medis Khusus, yang isinya antara lain memuat cara m embersihkan dan sterilisasi peralatan dan cara menyiapkan dan menyajikan formula bayi.

  7. Sesuai dengan tugas dan fungsi Badan POM dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat atas produk susu formula bayi yang beredar, maka secara konsisten Badan POM melakukan sampling dan pengujian . Pada tahun 2009 dilakukan sampling dan pengujian terhadap 11 sampel, tahun 2010 sebanyak 99 sampel, dan tahun 2011 sampai dengan awal Februari sebanyak 18 sampel. Hasil pengujian menunjukkan seluruh sampel tidak mengandung Enterobacter sakazakii.

  8. HIMBAUAN:
  9. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kami menghimbau kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi formula bayi dengan tetap mengikuti petunjuk penyimpanan, penyiapan dan penyajian sesuai dengan petunjuk yang tercantum dalam label .

  10. Badan POM akan tetap mengawal keamanan, mutu, dan gizi atas produk pangan yang beredar dan a pabila masyarakat memerlukan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Badan POM (hukmas@pom.go.id) atau melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ulpk@pom.go.id atau 021-4263333 atau 021-32199000) .

Demikian penjelasan ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.

http://www.pom.go.id/public/press_release/detail.asp?id=87

Sabtu, Desember 11, 2010

HEPATITIS C

Jumlah penderita Hepatitis C di Indonesia dan di dunia semakin lama semakin meningkat. Padahal penyakit ini bisa dicegah penularannya. Untuk itu kali ini saya tertarik untuk mengupas tentang penyakit yang satu ini.

VIRUS HEPATITIS C
Apakah hepatitis C itu? Hepatitis C adalah penyakit infeksi pada organ hati/liver yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Adalah salah satu penyakit yang serius dan perlu penanganan yang cepat dan tepat. Untuk itu ada baiknya semua orang mau membaca informasi yang benar tentang penyakit ini.

Mungkin kita sering mendengar tentang penyakit hepatitis A. Atau sering juga mendengar tentang hepatitis B. Semua penyakit itu menyerang organ hati. Dalam bahasa kedokteran organ hati disebut Hepar. Hepatitis artinya infeksi hati/ liver. Sama dengan hepatitis A dan B, hepatitis C juga penyakit infeksi yang menyerang organ hati. Perbedaannya adalah pada virus penyebab dan cara penularannya.

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A, mirip dengan penyakit tifus, virus ini masuk lewat mulut, biasanya dari makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung virus, sehingga hal ini berhubungan erat dengan masalah sanitasi tangan, alat-alat makan/minum yang digunakan dan cara mengolah makanan. Sedang hepatitis B dan C ditularkan lewat darah oleh virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Bila darah yang mengandung virus masuk ke dalam aliran darah orang yang sehat maka orang tersebut bisa tertular.


gambar dari www.medicinet.com

virus hepatitis C


virus Hepatitis C adalah virus RNA (sederhananya adalah virus yang hanya memiliki RNA dan membutuhkan DNA makhluk hidup yang dimasukinya untuk bisa bereplikasi atau memperbanyak diri), yang merupakan famili virus-virus Flaviridae. Sel yang digunakan virus ini untuk bereplikasi adalah sel hati.

Kehadiran virus Hepatitis C di organ hati memicu dikeluarkannya sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan proses peradangan. Peradangan di hati yang lama (bertahun-tahun) dapat memberikan bekas yang disebut jaringan parut atau dalam bahasa Inggris disebut scar (dalam bahasa kedokteran disebut dengan proses fibrosis). Proses peradangan yang terus-menerus mengakibatkan penumpukan jaringan parut di hati. Maka terjadilah apa yang dinamakan Sirosis Hati. Sebagai gambaran kasar ini mirip saat kulit kita terluka dan sembuhnya meninggalkan jaringan parut, demikianlah yang terjadi pada sirosis hati dengan jaringan parut dalam jumlah yang banyak yang menyebar dalam jaringan hati.

gambar dari www.mmcenters.discoveryhospital.com

sirosis hati

Hati yang menjadi sirotik dapat gagal melakukan fungsinya secara normal. Hal ini disebut dengan Gagal Hati. Gagal hati dapat mengakibatkan banyak komplikasi penyakit, bahkan kematian. Selain itu sirosis hati juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker hati.

CARA PENULARAN
Yang paling umum dari penyebaran virus hepatitis C adalah penggunaan jarum suntik yang sama secara berganti-gantian dari satu orang kepada yang lain. Hal ini sering terjadi pada pecandu narkoba yang kurang peka akan kesterilan alat suntik yang mereka gunakan. Alat suntik yang aman digunakan adalah alat suntik baru yang steril dan dipakai hanya untuk sekali pakai untuk satu orang saja.
Alat tatto dan tindik yang tidak steril juga beresiko untuk menularkan virus ini. Selain itu penggunaan sikat gigi, alat cukur, gunting kuku, alat facial dan alat-alat yang memungkinkan kontaminasi dengan darah lainnya secara bersama-sama juga beresiko.
Cara penularan yang lain adalah kecelakaan yang terjadi di laboratorium atau rumah sakit/klinik pada petugas kesehatan yang tangannya secara tak sengaja tertusuk jarum bekas pasien penderita hepatitis C (1,8%).
Yang juga berisiko adalah hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang mengidap hepatitis C (1-4%).
Penularan dari ibu kepada anak yang dikandung dan dilahirkannya juga memungkinkan (sekitar 4 dari 100 anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi). Sedangkan penularan lewat air susu ibu yang menderita hepatitis C kepada bayi yang disusuinya belum pernah dilaporkan sehingga ASI dianggap aman. Meski demikian bila terjadi luka di sekitar puting ibu atau si ibu juga mengidap HIV, menyusui tidak boleh dilakukan.
Palang Merah Indonesia (PMI) saat ini sudah melakukan screening virus hepatitis C terhadap tiap sampel darah dari donor untuk mencegah penularan lewat transfusi darah.

Untuk hubungan sosial seperti berjabat tangan, berpelukan, berciuman, menggunakan alat makan dan minum yang sama, menggunakan jamban dan kamar mandi yang sama secara wajar tidak menularkan virus hepatitis C. Oleh sebab itu dalam merawat dan berhubungan sosial dengan keluarga atau sahabat yang menderita hepatitis C kita tidak perlu ragu atau kawatir. Mereka sangat membutuhkan perhatian dan suport dari kita.

GEJALA PENYAKIT
Orang yang mulai terinfeksi virus Hepatitis C, sekitar 75% tidak menunjukkan gejala sakit. Kebanyakan dari mereka tampak sehat-sehat saja. 25% lainnya mungkin merasakan keletihan, kehilangan napsu makan, nyeri otot atau demam yang tidak spesifik. Pada tahap awal penyakit jarang sekali terjadi ikterus/ jaundice atau kekuningan pada kulit atau mata. Hal ini yang membuat kenapa banyak orang tidak sadar bahwa dirinya sudah terinfeksi. Bila virus masuk ke dalam tubuh biasanya akan dilawan oleh sistem kekebalan tubuh kita dan mati, namun virus hepatitis C sulit dilawan oleh sistem imun kita dan biasanya akan menjadi kronis.

Setelah lama berselang dan hati mengalami peradangan yang menetap barulah terlihat beberapa gejala yang tidak spesifik, seperti cepat lelah dan gejala-gejala tidak kas lainnya (tidak enak badan). Dalam pemeriksaan darah peningkatan fungsi hati yang menunjukkan kerusakan hati mulai terjadi. Disinilah biasanya seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terinfeksi.

Bila sudah sampai tahap sirosis hati akan terlihat gejala badan terasa lemah, kehilangan napsu makan dan turunnya berat badan, kemerahan di telapak tangan, bercak pembuluh darah di kulit yang bentuknya mirip laba-laba (spider nevi/ spider angioma), proses pembekuan darah terganggu, pembesaran kelenjar payudara pada laki-laki dan lain-lain. Bila sudah masuk sampai gagal hati (fungsi hati berhenti) maka hal ini bisa mengakibatkan penurunan kesadaran seperti ling-lung sampai koma dan yang paling menakutkan adalah kematian. Pada sirosis hati yang parah biasanya tubuh akan menguning/ terjadi jaundice (terlihat pada kulit dan mata) akibat hati tidak mampu mengeliminasi bilirubin (komponen kekuningan hasil perombakan hemaglobin dan sel darah merah) karena banyak selnya yang sudah rusak.


gambar dari www.wikipedia.org
spider nevi/ spider angioma

Akibat sirosis yang lain adalah pengerutan hati akibat bertumpuknya jaringan parut dapat mencekik pembuluh darah besar yang melewatinya sehingga tekanan disana menjadi sangat besar. Hal ini disebut dengan Hipertensi Portal/ Portal Hypertension. Dengan berbagai mekanisme hal ini menimbulkan penumpukan cairan di rongga perut dan perut menjadi membuncit karenanya. Keadaan ini disebut Ascites. Lainnya terjadi varises di pembuluh vena di kerongkongan (esofagus, saluran yang menuju ke lambung dari mulut) yang sewaktu-waktu bisa pecah dan menimbulkan perdarahan serius/ masif. Hipertensi portal juga dapat mengakibatkan gagal ginjal, bembesaran limpa dan anemia.


gambar dari www.wikipedia.org
ascites sebagai salah satu tanda gagal hati

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bagi orang yang beresiko atau dicurgai menderita hepatitis C dan belum diobati sebaiknya melakukan screening test. Screening test pertama untuk hepatitis C adalah pemeriksaan Anti-HCV dengan teknik ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Pada pemeriksaan ini dilihat apakah tubuh kita memproduksi antibodi terhadap virus Hepatitis C. Bukan mendeteksi virusnya melainkan antibodinya. Pada orang yang sehat, tubuhnya tidak memproduksi antibodi terhadap virus hepatitis C. Bila tubuh meproduksi antibodi terhadap virus hepatitis C itu tandanya virus tersebut ada di dalam tubuh dan tubuh berusaha untuk melawannya dengan mengeluarkan antibodi.

Hasil anti-HCV ELISA bisa positif/reaktif, borderline/nilainya positif ringan, atau negatif/non reaktif. Bila hasilnya negatif dan orang yang bersangkutan bukan tergolong beresiko tinggi tertular hepatitis C, berarti orang tersebut tidak terinfeksi dan tidak perlu melakukan pemeriksaan lain. Bila hasilnya positif/ reaktif atau borderline, belum tentu orang tersebut terinfeksi. Kadang kala hasil tes pertama yang positif bisa saja salah. Sehingga bila hanya sekali melakukan tes Anti-HCV hasilnya reaktif atau borderline sebaiknya dilakukan tes penunjang (tahap kedua).

Tes penunjangnya adalah tes Anti-HCV dengan teknik RIBA (Recombinant Immunoblot Assay) yang juga mendeteksi adanya antibodi terhadap virus hepatitis C. Bila hasilnya negatif dan orang yang bersangkutan bukan tergolong beresiko tinggi tertular hepatitis C, berarti orang tersebut tidak terinfeksi dan menunjukkan bahwa tes sebelumnya hasilnya salah sehingga tidak perlu melakukan tes lainnya lagi. Bila positif berarti orang tersebut benar terinfeksi. Sedangkan bila hasilnya indeterminate berarti hasilnya masih belum jelas (unclear).

Untuk hasil tes anti-HCV RIBA yang positif dan indeterminate sebaiknya dilakukan tes berikutnya (tahap ketiga) yang lebih sensitif yaitu HCV-RNA. Pada orang-orang yang tergolong beresiko tinggi untuk terpapar hepatitis C juga dianjurkan untuk meakukan tes ini. Dalam pemeriksaan ini dideteksi kadar RNA virus di dalam tubuh. Yang dideteksi bukan antibodinya melainkan virusnya. Bila ditemukan virus di dalam darah/ positif berarti infeksi sedang berlangsung. Bila hasilnya negatif belum tentu orang tersebut tidak terinfeksi. Bisa saja virusnya baru saja masuk ke dalam tubuh atau masih berjumlah sedikit sehingga tes sebaiknya diulang kembali untuk memastikan. Bila orang yang beresiko tertular telah melakukan dua kali tes Anti-HCV dan hasilnya negatif, lalu melakukan tes HCV-RNA dan hasilnya positif, ini artinya infeksi telah berlangsung namun tubuh tidak mampu memproduksi antibodi secara memadai.


dari www.medicinet.com

Tes HCV-RNA juga berguna untuk mengetahui respon virologi pasien hepatitis C untuk menilai keberhasilan pengobatan terhadap obat-obatan antiviral yang diberikan dokter.

Untuk mendeksi adanya kerusakan pada organ hati biasanya dokter menganjurkan pemeriksaan fungsi hati, seperti SGPT, SGOT dan bilirubin. Atau dokter bisa juga menganjurkan biopsi hati.

PENGOBATAN
Belum ada vaksin yang dapat mencegah hepatitis C, tidak seperti hepatitis B yang sudah didapatkan vaksinnya yang dapat memberikan perlindungan kepada tubuh terhadap virus itu. Kesulitan mendapatkan vaksin hepatitis C antara lain disebabkan karena virus ini bisa bermutasi dan mengelak dari respon imunitas tubuh.

Untuk pengobatan, dokter biasanya memberikan antivirus seperti Ribavirin dan Pegylated Interferon sesuai dengan kondisi pasien. Namun hal ini bisa dilakukan setelah pemeriksaan yang menyeluruh, dalam pengawasan yang ketat serta tidak selamanya dapat berhasil.

Sampai saat ini terus dikembangkan penelitian untuk mendapatkan formula baru dari interferon yang lebih ampuh. Selain itu obat-obatan baru yang akan menyempurnakan kombinasi flagylated interferon dan ribavirin juga sedang diteliti agar dimasa mendatang semakin maningkatkan tingkat kesembuhan pasien.

1. Menghindari penyakit lebih baik daripada mengobati.
2. Segera periksakan diri ke dokter/ laboratorium apabila anda termasuk orang yang beresiko tinggi tertular virus hepatitis C

Sumber:
www.mmcenters.discoveryhospital.com

Senin, November 29, 2010

KISAH SATU MALAM DI BATU KARAS

Kemarin saya baru pulang dari kawasan pantai Batukaras. Saya pergi bertiga dengan dua orang sahabat wanita saya secara dadakan. Sayangnya kami hanya bisa menginap satu malam disana karena masing-masing harus segera pulang ke Jakarta. Biar demikian kami tetap nekad berangkat. Walau pengalaman kami singkat tapi kami rasakan sungguh berkesan. Inilah ceritanya.

BERANGKAT
Kami berangkat dari Jakarta pada malam hari saat jalanan di ibu kota macet di sana-sini. Kami naik mobil Yaris milik sahabat saya dengan dua orang pengendara yang berganti-gantian menyetir, satunya si pemilik mobil dan satunya lagi adalah saya.

Kami mampir dulu di restoran Solaria yang terletak di area peristirahatan pom bensin pertama tol Cikunir untuk mengisi perut yang keroncongan pada sekitar pukul 20.00-an malam. Cukup lama kami disana karena pesanan makanan kami lama sekali datangnya. Selain makan kami juga harus ke ATM dan mampir sebentar di minimarket untuk membeli beberapa keperluan di perjalanan.

Ketika kami masuk mobil untuk berangkat kira-kira waktu saat itu sudah pukul 22.30 malam. Kami kemudian terus menggunakan jalur tol Jakarta-Cikampek, lalu masuk ke jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) yang sangat gelap dan lanjut masuk ke jalan tol Padauleunyi (Padalarang-Cileunyi).

Sebelum masuk ke tol Padaleunyi kami mampir lagi sejenak di area peristirahatan buat istirahat sebentar dan ke toilet. Hari sudah semakin larut saat kami berangkat lagi menyusuri jalan tol. Di ujung jalan kami keluar di pintu keluar Cileunyi, yaitu pintu tol terkhir, saat waktu menunjukkan sekitar pukul 1.00 dini hari. Kami stop lagi untuk beristirahat di tempat peristirahatan dekat pintu keluar tol sekitar 25 menit lalu melanjutkan perjalanan.

Setelah keluar dari tol Cileunyi kami mencari U turn untuk jalan berputar balik lalu belok ke kiri masuk ke Jalan Raya Rancaekek. Kami melewati daerah Rancaekek, Cipasir, Cicalengka. Nagreg, Ciaro, Cijolang, Limbangan, Bandrek dan Malangbong, mengikuti petunjuk arah menuju Tasik.

Dari Malangbong kami mengikuti petunjuk arah menuju Ciamis/Banjar melewati Ciawi. Kami pun masuk ke kawasan Jalan Raya Ciawi. Setelah menyusuri Jalan Raya Ciawi perjalanan diteruskan melintasi Jalan Raya Cihaurbeuti, Jalan Raya Gunung Cupu, Jalan Raya Cikoneng, lalu memasuki daerah Ciamis. Disitu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 4.30 pagi.

Kami melaju lagi lewat Jalan Raya Jendral Sudirman, Jalan Ahmad Yani, dan terus menyusuri jalanan menuju Banjar. Dari Cileunyi sampai ke Banjar beberapa kali kami berhenti di pom bensin/ resting area untuk ke kamar kecil dan beristirahat agar stamina tetap terjaga. Kami memang lumayan sering berhenti. Maklum wanita. Hahaha....

Setelah lama mengarungi jalanan, sampailah kami di kota Banjar pada pukul 5.30 pagi. Kotanya maju, bersih dan jalanannya mulus serta lebar. Untuk membedakan dengan Banjarnegara di jawa tengah, kota ini disebut juga Banjar Patroman (dari nama asal Banjar Pataruman).

Disana kami sempatkan sarapan di tenda Bubur Ayam Cakwe Patroman. Kami beristirahat dan makan sekitar hampir satu jam disana. Bubur ayamnya sangat lezat. Lengkap dengan cakwe, daging ayam suir, hati dan ampela, potongan telur rebus, bawang goreng, daun bawang, kacang serta emping besar dan sambalnya. Disuguhkan pula risol yang masih hangat. Rasanya pas sekali di lidah dan nyaman di perut. Wah, kami sangat menikmati sarapan komplit kami pagi itu. Maknyos....


Setelah perut terasa kenyang dan hangat kami lalu melanjutkan perjalanan mengikuti petunjuk ke arah Pangandaran. Kami berjalan menuju daerah Banjar Sari, lalu ke Padaherang dan lanjut ke Kalipucang. Di kawasan Emplak, Kalipucang, jalanan menjadi sangat berkelok-kelok menuruni bukit-bukit dan melewati jurang-jurang. Dan sekitar 20-an Km kedepan akhirnya mobil kami masuk ke kecamatan Pangandaran.

Pantai Pangandaran sangat terkenal sehingga kami meluangkan waktu sejenak untuk mampir disana. Masuk lewat pintu gerbang pantai dan membayar tiket, kami lalu menyusuri kawasan pantai yang ternyata dipenuhi dengan kedai sederhana yang uniknya secara terang-terangan memasang iklan dan menjual kondom (mungkin di kawasan ini penyuluhan KB-nya berjalan dengan sangat baik dan alat kontrasepsi favorit disini adalah kondom - just kidding ^_^). Sudah pukul 8.30 pagi dan awan tampak mendung saat itu. Aduh, hujan pun turun, maka kami urung untuk bermain di pantai.

Mobil kami pun terpaksa melaju lagi melintasi jalanan yang berlubang-lubang menuju Cijulang. Setelah lama melintasi jalan karena mobil tidak bisa melaju kencang akhirnya kami mulai memasuki kecamatan Cijulang. Dan kira-kira pukul 10.00-an pagi kami pun tiba di desa Batukaras. Akhirnya......




BATUKARAS
Saya mengetahui desa Batukaras dari sahabat saya, si pemilik mobil, yang kebetulan sudah beberapa kali pergi kesana untuk menyaksikan teman-temannya berselancar (surfing) di pantai berkarangnya yang indah. Ombak di pantai Batukaras memang sangat cocok untuk olah raga air yang satu ini. Wisatawan dari manca negara pun sering datang ke tempat ini untuk berselancar. Pantainya yang landai konon sangat baik bagi pemula yang ingin belajar berselancar. Disini tersedia fasilitas penyewaan selancar dan kursus berselancar bagi para pemula. Apakah Anda berminat? :)




Pekerjaan penduduk di desa Batukaras ini rata-rata adalah nelayan atau petani. Sebagian lagi berwirausaha seperti membuka penginapan, fasilitas permainan air, tempat makan dan toko selancar bagi para wisatawan. Harga tanah disana masih relatif murah. Bagi yang ingin membuka bisnis, masih banyak tempat untuk bisa dikembangkan di tempat ini. Penduduk asli Batukaras ramah-ramah dan terlihat tulus. Yang membuat hati tambah senang disini juga tidak kelihatan orang yang mengerubungi turis untuk menjajakan dagangan setengah memaksa seperti di daerah wisata pantai lain yang pernah saya kunjungi. Kami bebas melenggang kemana saja yang kami mau tanpa ada yang mengganggu.

Sesampainya di Batukaras, kami pergi mengunjungi rumah sepasang suami-istri yang merupakan kawan akrab dari salah satu sahabat saya. Sang suami adalah penduduk asli Batukaras sedang istrinya berasal dari Jerman. Mereka dipertemukan karena hobi yang sama yaitu berselancar. Cinta membuat pasangan ini bisa bersatu, hidup dengan rukun dan tampak saling menghargai satu dengan yang lain.

Senang sekali saya mengenal mereka. Mereka dengan ramah dan hangat menyambut kedatangan kami di rumah mereka yang asri dan dekat dengan pantai itu. Di belakang rumah terhampar sawah yang menghijau. Disana kami beristirahat sejenak sambil bermain dengan putri mereka yang masih bayi.

Setelah itu kami diajak pergi melihat pantai dan disana sudah ada beberapa orang dari Jakarta dan pemuda setempat yang hendak berselancar. Kami sempatkan berfoto di pantai dengan deburan ombak yang indah itu. Setelah puas melihat pemandangan dan menghirup udara pantai yang segar kami lalu pergi untuk makan siang. Matahari mulai terasa menyengat kulit.



Sahabat saya menunjukkan sebuah kedai makan bernama Warung Mang Ayi. Kami memesan bala-bala (bakwan sayur) yang disuguhkan panas-panas sebagai kudapan yang dinikmati bersama adonan sambal rawit merah yang diberi perasan jeruk nipis. Rasanya enak betul. Untuk menu utama kami memesan nasi putih, mie goreng, cap cay goreng dan omelet sayur. Dari Warung Mang Ayi kami lalu berangkat menuju Riversider untuk check in dan menaruh barang-barang.

RIVERSIDER RESORT
Riversider Resort adalah sebuah resort di daerah Batukaras yang letaknya tepat di depan sebuah sungai (sungai Cijulang) yang airnya berwarna kehijauan karena kandungan phytoplankton yang banyak hidup di dalamnya. Letaknya cuma sekitar 1 Km dari pantai Batukaras. Bila tidak hujan air sungai akan terlihat berwarna hijau toska terang dan cantik.

Di tempat ini disediakan beragam fasilitas untuk aktifitas air yang mengasikkan seperti memancing, kayak, perahu karet, banana boat, ski, tur ke tempat-tempat wisata air, dan lain-lain. Disediakan juga fasilitas game bagi acara outing kantor atau acara kumpul keluarga.

Disini juga tersedia penginapan yang bernama Panireman Riverside yang terdiri dari kabin-kabin semacam bungalow sangat sederhana yang terbuat dari kayu dan beratapkan daun nipah kering sehingga menampilkan nuansa perkampungan yang etnik menghadap sungai.

Sayangnya waktu kami menginap disana hujan baru saja turun sehingga warna hijau dari sungai yang diharapkan tidak maksimal akibat sedikit tercampur warna lumpur tanah yang kecokelatan. Akan tetapi pemandangan sungainya tetap indah dan tak terlupakan. Senang sekali saya punya kesempatan melihat sungainya. Suasana hati jadi tenang dan bagi para seniman saya rasa pemandangan ini sangat menunjang untuk berimajinasi dan mencari ilham.

Di sepanjang tepi sungai tampak pohon-pohon nipah tumbuh memamerkan daunnya. Nipah (Nipa fruticans) adalah tanaman sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang surut dekat tepi laut. Benar-benar cantik.


Kami bertiga menginap di satu kabin tanpa AC bernama kabin "Nil River" seharga Rp 385.000,- per malam termasuk makan pagi pada saat itu. Kabin kami terdiri dari dua lantai. Terdapat ruang tertutup di lantai atas dengan jendela dan sebuah kipas angin di dindingnya dan kasur tidur di atas lantainya. Di lantai bawah merupakan ruang terbuka yang dapat ditutup dengan krey pada tiap sisinya untuk duduk-duduk selehan atau tidur-tiduran diatas matras. Untuk ke lantai atas disediakan tangga kayu sederhana yang bisa dipanjat menembus lantai atas yang berlubang.

Kesederhanaan kabin ini justru memberi nilai plus karena serasa menyatu dengan alam sekitar. Sepanjang mata memandang dari kabin kami hanya pemandangan sungai yang membentang sangat panjang yang terlihat.










Kami mengantri untuk mandi di kamar mandi kami yang letaknya tersendiri di sebelah kabin. Karena lumayan lelah sehabis mandi kami bertiga tertidur di ruang bawah ditemani angin sepoi-sepoi. Setelah bangun entah mengapa kami enggan pergi kemana-mana karena mata kami masih betah berlama-lama memandangi sungai. Hanya duduk-duduk santai begitu saja hati kami sudah senang rasanya.

Tak terasa hari sudah mulai malam. Kami kemudian pergi keluar untuk mencari makan malam. Pilihan kami kali ini adalah restauran milik pasangan suami-istri yang baru saya kenal tadi pagi. Nama restorannya adalah Bay View. Sebuah restoran sederhana bertaman yang enak dipandang mata dengan meja makan dan tempat duduk dari kayu yang tertata rapi. Disana disediakan berbagai makanan laut (seafood). Malam itu kami memesan kerang saus tiram, cumi goreng tepung dan udang (Saya lupa dimasak apa hehehe) serta sayur kangkung tumis. Masakannya enak, seafoodnya masih segar, pelayanannya sangat ramah dan tempatnya nyaman dan bersih. Suasana yang nyaman disini membuat kami sedih karena kami harus pulang esok hari.

Si empunya restoran, sang suami, datang dan menghampiri kami saat kami selesai makan. Kami pun berbincang-bincang. Dia bercerita tentang bencana tsunami pada antanggal 17 Juli 2006. Semua bangunan yang sangat dekat dengan pantai hancur dilalap air laut. Untung tidak begitu banyak korban jiwa, tak seperti yang terjadi di Pangandaran, katanya. Sekarang di Batukaras sudah dibuat sistem evakuasi tsunami dimana terdapat marka-marka petunjuk arah evakuasi di banyak tempat menuju daerah bukit apabila tsunami datang.

Kami kembali ke Reiversider sehabis makan. Malam itu karena suasana tenang sangat mendukung kami jadi bicara dari hati ke hati tentang permasalahan-permasalahan kami sebagai sahabat. Lalu kami bertiga tidur di ruang bawah dengan menutup semua krey di tiap sisi ruangan. Lucunya tidak ada yang berminat untuk tidur di lantai atas karena suasana di lantai bawah yang lebih menyenangkan.

HARI KEDUA
Pagi menjelang. Kami pun terbangun. Seperti sedang bermimpi saya setengah sadar menatap ke arah sungai lalu tersadar bahwa saya bukan sedang di kamar saya di Jakarta. Saya tersenyum dan mensyukuri hari ini, terbangun di hamparan sungai hijau.

Kami memukul kentongan di kabin lalu datanglah seorang pelayan penginapan. Kami memesan sarapan nasi goreng, mie instan rebus dan roti srikaya. Rasa makanannya biasa saja tapi lumayan untuk bekal energi pagi itu. Rencana kami hendak kembali mengunjungi pantai dan mampir ke rumah kawan lagi lalu pulang ke Jakarta.

Tanpa diduga seorang pria di atas perahu menghampiri kami dan menawarkan kepiting. Kami heran dan berpikir dia hendak menjual kepiting hidup kepada kami, jadi kami tolak saja tawarannya. Pria itu pun pergi dan tak lama kemudian kembali ke penginapan. Lalu dia kembali menghapiri kami dan bertanya lagi apakah kami suka makan kepiting dan ingin kepitingnya dimasak apa. Akhirnya kami tersadar ahwa pria itu adalah si pemilik Riversider. Hahaha... Dengan polos kami memilih masakan saus padang. "Ini benar apa tidak ya?", pikir kami. Benar saja, saat kami sudah mandi dan rapi, pria itu mengatakan kepitingnya sudah masak dan mengajak kami untuk makan bersama.

Baik sekali pemilik penginapan dan resort ini rupanya. Dengan ramah ia mempersilahkan kami untuk duduk dan makan bersamanya. Hidangan kepiting-kepiting besar yang sangat lezat itu merupakan berkat baru yang kami dapatkan pagi itu. Satu piring besar dimasak saus padang, dan satu piring besar dimasak saus tiram.



Lalu kami pun saling berkenalan. Namanya A. Ia merupakan pria yang sopan, profesional dan bersahaja. Selesai makan kami diajak pergi ke pantai Batupayung naik mobilnya bersama seorang staffnya karena kebetulan ia ada perlu di kawasan itu. Dengan kesenangan kami pun tidak menolak tawaran itu. A membuat kami merasa sangat terhormat sebagai tamunya.

Kami melaju menuju pantai Batupayung melalui jalanan yang kadang berbatu-batu, berlubang atau jalanan tanah yang becek melewati desa-sesa, hutan dan sawah.






Mobil harus berhenti dan diparkir ketika menemui jalanan berlumpur, menanjak dan sempit. Tak jauh dari situ kami berjalan kaki lalu menemukan tempat pertemuan antara sungai, yang airnya sangat bening, dengan laut berpantai menakjubkan. Pasirnya berwarna kehitaman dan bersih. Tak jauh dari pantai tampak pulau kecil batu karang dengan pohon yang rindang di atasnya. Tak kelihatan ada wisatawan yang pergi kesana. Pantai itu masih lumayan perawan dari para wisatawan. Mungkin karena jalanan kesana masih ada yang harus diperbaiki.








Disana saya dan para sahabat bermain air, berenang dan berfoto dengan kegirangan. Kami benar-benar sangat berterimakasih kepada A untuk kebaikan dan special treatment yang kami dapatkan.

PULANG
Hari sudah menjelang sore saat kami balik ke Riversider dan kami pun langsung mandi, mengepak barang dan check out dari Panireman Riverside. Kami bergegas pergi menemui kawan pasangan suami-istri itu lalu berpamitan kepada mereka. Berikutnya mampir sebentar ke Warung Mang Ayi untuk membayar tagihan (setiap memesan makanan ditulis di sebuah buku dan dilunasi saat meninggalkan Batukaras) dan membeli makanan kecil dari tepung beras buat oleh-oleh. Selanjutnya petualangan menyusuri jalan pun dilanjutkan kembali dengan sesekali berhenti untuk istirahat di jalan. Di kawasan Emplak hujan turun deras sekali. Jantung kami sempat berdebar kencang karena sulit melihat jalanan yang gelap oleh pekatnya malam dan terhalang pula oleh air hujan yang menghujam kaca depan mobil. Lain kali kalau ke Batukaras harus pulang pagi hari nampaknya agar lebih aman. Untunglah kami selamat sampai di Jakarta. Jam 3.00 pagi saya tiba di rumah. Terimakasih Tuhan....

============0O0============


Tips: Untuk pergi ke Pangandaran atau Batukaras dengan lebih nyaman dan menghemat waktu, kita bisa menggunakan maskapai penerbangan Susi Air dari bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta atau dari bandara Husein Sastranegara, Bandung yang mendarat di Bandara Nusawiru, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Lama penerbangan hanya memakan waktu sekitar satu jam dari Jakarta atau empat puluh menit dari Bandung. Dari sana ke Batukaras hanya sekitar lima belas menitan berkendara.





Berita:
Akses menuju Pantai Batukaras Kondisinya Rusak

Kamis, November 25, 2010

JALAN-JALAN : Dokumentasi Dua Hari "Mengintip" Singapura

Di tulisan saya kali ini saya ingin berbagi cerita pengalaman saya di Singapura bersama kakak sepupu saya beberapa hari yang lalu. Kami hanya menghabiskan waktu dua hari disana, tidak lama, tanpa mengikuti paket tur dari agen tur. Berbekal browsing, pengalaman dari kakak sepupu saya (yang kebetulan sudah beberapa kali kesana) dan peta kami pun berangkat. Rencana kami dengan biaya terbatas hanya ingin menikmati suasana baru di negeri tetangga. Penerbangan dan hotel kami pesan secara online. Tiket sudah lama oleh kakak sepupu saya pesan lewat website Air Asia dan hotel dibuking melalui Agoda. Ini hanya sebuah bacaan catatatan dokumentasi ringan dua orang perempuan yang ingin having fun sejenak. Untuk berbagi pengalaman saja.




Catatan tanggal 22/11/2010

Saya berangkat dari rumah pukul 3.50 pagi dan menjemput kakak sepupu di daerah kalimalang untuk berangkat ke bandara bersama. Kami berangkat pagi hari dari Bandara Soekarno Hatta menggunakan maskapai Air Asia dengan nomor penerbangan QZ7782 yang merupakan penerbangan pertama hari ini. Kami sempat sarapan sambil menunggu pesawat di Teluk Banten launge, terminal 2.




Pesawat lepas landas pukul 7.30 pagi. Lama perjalanan hanya satu jam. Waktu di Singapura satu jam lebih cepat daripada di Jakarta. Tak terasa pesawat sudah mendarat saja di bandara Changi.






Kami langsung melanjutkan perjalanan dari bandara menuju hotel yang berada di jalan Balestier pertama-tama dengan menggunakan MRT (Mass Rapid Transportation). Ada fasilitas kereta dari dalam gedung bandara menuju stasiun kereta Tanah Merah sehingga sangat memudahkan kami. Di stasiun Tanah Merah kami naik kereta jalur East West line (EW) menuju stasiun City Hall. Disana kami ganti kereta menggunakan kereta jalur North South line (NS) menuju stasiun Novena.






Setiba di stasiun Novena kami berjalan kaki mendorong koper kami menuju pemberhentian bus Opposite Novena Church (id: 50031). Dengan bus nomor 131 tujuan St. Michael's Terminal kami menuju Balestier road dan turun di Bus stop Balestier Centre (id: 50161) yang hanya berjarak selemparan batu dari hotel kami. Hanya dalam waktu singkat kami tiba di hotel. Baik kereta maupun bus disana semua dalam kondisi bersih, nyaman, bebas rokok dan bebas dari coret-coretan karena pemerintah memberikan sangsi yang tegas dalam urusan kebersihan dan kenyamanan fasilitas publik. Dilarang merokok, makan, mencoret-coret dan buang sampah sebarangan selama di dalam kendaraan umum. Dalam urusan berlalu-lintas, saya sangat kagum akan kesopanan para pengemudi disana. Semua kendaraan akan berhenti ketika ada pejalan kaki mulai melangkahkan kakinya menyebrangi jalan walaupun jaraknya masih agak jauh.

Hotel yang kami pilih adalah Hotel Value Thomson. Alamatnya di 592 Balestier Road. Bangunannya cukup besar dan tulisannya jelas sehingga mudah mengenalinya dari jalanan. Hotel ini dibangun baru tahun 2009 sehingga kondisinya sangat baik saat kami datang. Hotelnya bersih, pelayanannya cukup baik dan memiliki fasilitas kolam renang.






Begitu sampai hotel kami check in dengan proses yang cepat lalu menuju kamar 6-51 di lantai 6. Kamarnya kecil tapi tidak pengap walau tidak memiliki jendela dan tanpa kulkas. Ada cukup ruang untuk menaruh barang bawaan kami. Tempat tidurnya bisa digeser ke pojok bila mau untuk memberi ruang yang lebih lega. Kamar mandinya kecil tapi efisien. Ada TV dengan layar LCD di depan tempat tidur. Kami mendapat dua botol air mineral dan dua cangkir kosong beserta minuman saset dan gula. Ada teko pemanas air dan pengering rambut di dalam laci meja rias. Fasilitas lain tersedia handuk, sikat gigi, pasta gigi, sabun dan sampo bagi tamu hotel. Yang terpenting secara keseluruhan kamar kami sangat bersih. Kami memang tidak ingin berlama-lama di kamar, bagi kami kamar hotel hanya untuk tempat menaruh barang, mandi dan beristirahat malam karena sebagian besar waktu akan kami lewatkan di luar untuk berjalan-jalan.






Setelah membereskan barang bawaan kami langsung berangkat naik bus dari pemberhentian bus Balestier Centre (id: 50161) menggunakan bus nomor 130 ke Veerasamy. Kami turun di pemberhentian After Veerasamy Road (id: 07419). Karena sudah lapar kami memutuskan untuk makan di Berseh food centre dekat situ. Kami makan sup daging yang sangat enak.



Setelah makan kami lalu berjalan kaki menuju Rowell road. Disana kami mencari Museum of Shanghai Toys yang saya pernah baca memamerkan beragam mainan anak-anak buatan Shanghai jaman dulu yang sering saya dan kakak sepupu mainkan waktu masih kecil seperti mainan dari kayu, boneka-boneka plastik, mobil-mobilan dari kaleng dan lain-lain yang sudah tak pernah lagi kita lihat sekarang. Kami sangat kecewa karena ternyata museum tersebut sudah ditutup alias sudah tidak ada.





Saya memang salah karena tidak cermat membaca kalau hal ini disebabkan oleh sedikitnya pengunjung dan tingginya pengeluaran operasional maka pemiliknya terpaksa menutup museum pada tanggal 10 Juni 2010 dan memutuskan untuk memindahkan semua barangnya ke Shanghai. Padahal saya sangat berharap bisa melihat dan berfoto disana. Sedih sekali rasanya. Namun masih ada MINT Museum of Toys di 26 Seah Street yang baru saya ketahui, kali lain saya ke Singapura pasti saya akan pergi kesana.




Kami pun melangkahkan kaki kami menuju Raffles Hotel. Sebuah hotel yang sangat tua yang pertama kali dirancang pada tahun 1887 dan selesai dibangun pada tahun 1899 di 1 Beach Road. Bangunannya terlihat sangat indah dan sayang untuk tidak diabadikan. Kami kesana naik bus nomor 857 dari pemberhentian Opposite Veerasamy road (id: 07419) dan turun di pemberhentian Raffles Hotel (id: 02049).





Setelah puas berfoto di depan hotel itu, kami pun berjalan menuju Convent of the Holy Infant Jesus (CHIJMES). Sebuah kapel bergaya gotik yang cantik di 30 Victoria Street yang selesai dibangun tahun 1904.






Dari CHIJMES kami berputar-putar berjalan kaki melihat-lihat kawasan setempat. Memperhatikan bangunan-bangunan dan orang-orang disana. Sengaja saya pakai sepatu kets yang nyaman di kaki dan tas pinggang agar tidak menghalangi gerak dan bisa kuat berjalan. Kami sempatkan beli minuman di minimarket Seven-Eleven yang menjamur di Singapura karena haus. Salah satu yang saya suka dari Seven-Eleven adalah roti yang dijual disana teksturnya sangat lembut dan rasanya enak sekali dengan harga yang cukup murah. Salah satu favorit kami adalah hokkaido cream bread. Saya sampai bawa beberapa ke Jakarta untuk kudapan para keponakan hahaha.




Kami kemudian berjalan balik dan menemukan kawasan Bugis. Disana kami melihat-lihat pusat perbelanjaan Bugis Village, Bugis Square dan Bugis Junction yang ramai pengunjung. Tidak banyak yang menarik perhatian saya. Tidak ada yang unik sekali bagi saya di kawasan yang kami datangi itu. Barang-barangnya relatif bisa ditemukan di Indonesia. Tapi saya cukup senang karena sekalian cuci mata dan olahraga. hehehe.






Dari kawasan Bugis kami kembali menuju kawasan Little India. Banyak bangunan tua di kawasan etnik India, yang dijadikan ruko ini, saya perhatikan cukup unik dengan adanya ornamen bunga-bunga berwarna-warni di bagian atas tembok bangunan. Ada yang berwarna hijau, biru muda, merah, sungguh cantik. (Coba kalau banyak bangunan-bangunan tua di Jakarta dijaga dengan lebih baik pasti indah sekali. Saya perhatikan di kota banyak bangunan tua yang sudah kotor dan lapuk bahkan nyaris hancur. Sisanya sudah dihancurkan dan dijadikan bangunan ruko baru.)




Kami lalu melangkahkan kaki mampir ke pusat perbelanjaan Mustafa Centre yang berada di 145 Syed Alwi Road. Rata-rata orang Indonesia yang pergi ke Singapura pasti tahu Mustafa Centre. Tempatnya sangat luas dan isinya sangat lengkap. Segala barang ada di sini.



Saya menemuka gelang kaki India berwarna emas dengan batu-batu merah darah yang cantik di tempat ini. Kami juga sempat membeli arloji untuk para suami. Lalu kami cari oleh-oleh coklat buat orang rumah dan para keponakan. Sangkin banyaknya ragam coklat yang dipajang, kami sampai kerepotan untuk memilih yang akan dibeli.

Kami juga coba membeli kopi produksi Singapura sasetan yaitu merek Cafe21 buat oleh-oleh. Kebetulan teman saya juga ada yang menitip dua botol kondisioner sampo Kao Asience ukuran 530 ml, sekalian saja saya cari disini. Konon kata teman saya sampo dan kondisioner Asience ini sangat bagus bagi rambut orang asia dan terbuat dari bahan alamiah sehingga rambut tidak mudah rontok, tapi sayang sampo ini tidak dijual di Indonesia. Wah jadi promosi nih hahaha. Kakak sepupu saya jadi berminat juga beli sampo dan kondisionernya.




Setelah puas lihat-lihat dan membeli sekedar oleh-oleh untuk keluarga tercinta kami pun pulang menggunakan bus ke hotel. Kami berjalan ke Jalan Besar road, dari pemberhentian bus disana kami naik bus nomor 131 dan turun di Balestier road. Kami menaruh belanjaan di hotel sambil meluruskan kaki yang sedikit pegal. Hanya sebentar kami di hotel lalu setelah itu kami pergi lagi untuk menikmati lampu-lampu dan ornamen-ornamen natal di Orchard road.





Kami sempatkan berfoto di kawasan perbelanjaan orchard yang sudah tutup itu. Jalanan dan gedung-gedungnya dihiasi jutaan lampu dan ornamen untuk menyambut natal. Senang sekali kami bisa merasakan suasana natal yang sangat meriah jauh sebelum hari natal ini. Setelah puas foto-foto kami pulang ke Balestier karena hari sudah sangat malam.

Di dekat hotel ada sebuah pujasera dan kami makan mie disana sebagai makan malam. Mienya tidak terlampau enak bagi lidah saya dibandingkan mie ayam yang biasa saya makan di Jakarta. Waktu sedang membuka-buka dompet tak sengaja saya membaca di bon dari Mustafa centre. Ternyata tertulis ada GST (Goods & Services Tax) refund bagi turis asing, yaitu pengembalian pajak barang /servis. Saya berpikir besok kami harus kembali ke Mustafa Centre untuk menanyakan hal tersebut. Lumayan kalau dapat pengembalian uang kan :).

Perut sudah kenyang kami pun jalan ke hotel untuk mandi dan tidur. Tak lupa saya minta morning call pukul 7.30 pagi ke resepsionis hotel.









Catatan tanggal 23/11/2010

Kami dibangunkan oleh suara telepon. Morning call...., sudah pukul 7.30 pagi. Kami pun mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Kali ini kami naik bus nomor 21 dari seberang hotel menuju stasiun MRT Novena. Kami lanjutkan naik kereta jalur NS jurusan Marina Bay dan turun di stasiun Dhoby Ghaut lalu ganti kereta jalur Circle line (CC) jurusan Marymount dan turun di stasiun Promenade. Kami keluar lewat pintu exit A dan berjalan kaki sepanjang Termasek Avenue lalu belok ke kiri sejajaran dengan Raffles Avenue. Sampailah kami ke Singapore Flyer, di kawasan Marina bay.

Singapore flyer adalah bianglala terbesar di dunia dimana dari atas kita bisa menikmati pemandangan indah bangunan-bangunan di sekitar. Kami dapat melihat hotel Marina Bay sands, patung Merlion yang merupakan ikon Singapura, Esplanade yang bentuknya mirip buah durian, stadium The Float, Republic Plaza, OUB Plaza dan lain-lain.

Kami membeli tiket seharga S$29.50,- dan mendapatkan kupon eskrim gratis bagi turis asing, dua skup untuk satu orang. Setelah membayar kami langsung masuk ke kapsul flyer di lantai dua. Senangnya kami karena dalam satu kapsul hanya ada kami berdua sehingga kami bebas menjepretkan tustel dari segala sisi dan menghasilkan foto-foto yang indah. Heboh sekali kami yang cuma berduaan dalam ruangan itu. Satu putaran flyer memakan waktu 30 menit dan selama 30 menit kami cari gaya untuk berfoto sambil bercanda-canda.

Setelah selesai satu putaran, kami pun turun dan menebus eskrim kami di Rogers cafe yang berada di dalam restoran siap saji Popeyes. Saya memilih eskrim kopyor dan eskrim choco-mint dan kakak sepupu memilih dua skup eskrim vanila. Hmm... eskrimnya enak ternyata.
Untuk mengisi perut kami beli kentang goreng dan chicken drum stick di Popeyes. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan dengan kereta dari stasiun Promenade dengan kereta jalur EW tujuan Jurong East. Kami tidak sempat pergi ke patung Merlion karena waktu yang tidak cukup dan kebetulan kami berdua masing-masing sudah pernah kesana sebelumnya.









Kali ini kami pergi ke Sience Centre Singapore (SCS) di daerah pinggiran kota. Letaknya tidak terlampau jauh dari stasiun MRT Jurong East bagi kami yang terbiasa berjalan kaki. Harga tiket masuk adalah S$9,-. Tempat ini sangat baik bagi anak-anak atau pelajar. Banyak informasi pengetahuan yang dikemas dengan permainan sehingga terasa menyenangkan. Ada ruangan matematika, bentuk-bentuk benda, gen, perubahan cuaca, taman air, taman botanik dan masih banyak lagi. Di kawasan SCS juga terdapat studio imax yang besar bernama Omni Theatre dan ruangan bermain bersalju bernama Snow City. Karena sedang menghemat waktu kami tidak sempat kesana. Next time saja kami akan kesana bawa keluarga. Setelah puas melihat-lihat sambil belajar dan berfoto kami lanjutkan perjalanan menggunakan kereta jalur EW dari Jurong East, kami turun di City hall.








Kami habiskan waktu berjalan-jalan di mal di bawah tanah, CityLink Mall yang sangat panjang. Kami sempat mencicipi roti srikaya dan nasi ayam di outlet Toast Box, yang perusahaannya merupakan anak perusahaan BreadTalk. Kami sempatkan membeli selai srikaya (Kaya Jam) disana buat dinikmati di Jakarta.
Saya lalu menemani kakak sepupu belanja sepatu di Charles & Keith. Dia memang sudah rencana dari Jakarta untuk belanja disana. Tadinya saya tidak berniat belanja sepatu sama sekali. Hanya menemani kakak sambil cuci mata melihat jajaran sepatu yang unik-unik saja sudah cukup bagi saya. Menurut kakak sepupu saya di Jakarta memang Charles & Keith juga ada, tapi modelnya tidak selengkap itu dan perputaran barang di Jakarta cenderung lebih terlambat dengan harga yang jauh lebih mahal. Karena ada sepatu yang sedang didiskon dan bentuknya sangat keren bagi saya jadilah saya membeli salah satu sepatu yang sama dengan kakak sepupu. (Belakangan kakak sepupu saya cek di Jakarta harga disini masih nyaris dua kali lipatnya). Pertimbangan harga miring dan bentuk memukau akhirnya membuat pertahanan saya runtuh. hahaha... dasar wanita. Ketika menerima kwitansi saya membaca ada GST refund. Saya lalu menanyakan kepada pihak toko dan mereka menjelaskan bagi turis asing pajak barang akan dikembalikan sebesar 7% bila barang yang dibeli total harganya diatas S$100,- dalam hari yang sama. Kami lalu segera minta refund form dari toko untuk gabungan bon kami berdua.









Dari City Link kami lanjutkan perjalanan. Kami naik kereta di stasiun MRT City Hall jalur NS dan turun di stasiun Clarke Quay. Kami jalan-jalan sepanjang kawasan Clarke Quay tempat nongkrong yang terdiri dari ratusan kafe dan klub malam yang gemerlap berjajar sepanjang sungai yang dihiasi jutaan lampu. Dari seberang lampu-lampunya tampak eksotis dipantul permukaan sungai. Sesekali perahu yang juga dihiasi lampu-lampu hias lewat. Kalau ingin naik perahu sepanjang sungai tersedia fasilitas perahu bagi turis di Boat Quay.





Banyak kafe unik yang kami lihat. Salah satunya adalah The Clinic yang sebagian tempat duduknya di bagian luar adalah kursi roda, banyak infus digantung lengkap dengan selangnya sebagai wadah minuman dan lampu operasi sebagai penerang. Di teras kafe tiap meja dengan kursi sofa disekat dengan penyekat tempat tidur rumah sakit.



Kami lewati malam ini dengan menikmati suasana indah di tepi sungai sambil mengabadikannya dengan kamera. Setelah puas berputar-putar kami pun memutuskan untuk pergi ke Mustafa Centre untuk mengurus tax refund belanjaan kami kemarin.

Kami berangkat dari stasiun MRT Clarke Quay dengan kereta jalur EW jurusan Punggol dan turun di stasiun Farrer kemudian berjalan kaki ke Mustafa Centre. Setelah selesai mengisi dan mengurus formulir refund (pengembalian pajak diurus pengembaliannya lewat kartu kredit kakak sepupu saya) di Basement 2 kami pun lalu pulang ke hotel naik bus.


Catatan tanggal 24/11/2010

Bangun pagi lagi-lagi karena suara morning call pukul 7.00. Kami segera mandi, berpakaian dan siap untuk berangkat ke China town. Buat apa? Beli oleh-oleh piah (bakpia) Singapura. Kami naik kereta di stasiun MRT Novena jalur NS dan turun di Dhoby Ghaut. Kami ganti kereta jalur North East line (NE) tujuan Marina Bay dan turun di stasiun Chinatown. Dari stasiun kami berjalan menuju pintu keluar stasiun yang ke arah Hong Lim food court dan masuk ke gedung Chinatown Point lalu keluar lewat pintu samping (yang ada gerai Watson-nya). Terdapat lorong pusat jajanan di luar gedung itu dan kami mencari Poh Guan cake house (Alamat lengkap Poh Guan Cake House: Hong Lim complex, 531 Upper Cross Street, #01-57, Chinatown).




Ternyata hanya sebuah gerai sederhana, yang dipenuhi dengan kue-kue tradisional Cina untuk dimakan dan oleh-oleh serta beberapa jenis kue berwarna warni yang digunakan untuk sembahyang, yang sudah buka sejak pukul 8 pagi. Disini kakak sepupu membeli piah pesanan temannya dan untuk oleh-oleh keluarga yang semua rasanya enak. Ada isi kacang hijau, lotus bean, black sesame, chestnut dan lain-lain. Piah yang dijajakan masih segar, homemade dengan cita rasa yang pas di lidah, tidak terlampau manis dan tidak membuat eneg kalau banyak dimakan. Sementara saya membeli seplastik kue ku berwarna kehitaman untuk ayah dan ibu di rumah.




Dari Chinatown kami kembali ke hotel naik kereta lalu segera check out dari hotel (proses check out tercepat yang pernah saya alami. hahahaha..). Melalui resepsionis hotel saya minta dipanggilkan taksi. Kalau memesan taksi dari resepsionis kita tidak boleh langsung meninggalkan resepsionis tersebut tapi harus berdiri menunggu sampai resepsionis selesai menelepon perusahaan taksi. Setelah sang resepsionis selesai menelepon, dia akan memberikan sebuah catatan yang isinya berapa lama taksi akan sampai di hotel dan nomor pemesanan taksi. Tertulis taksi kami akan tiba dalam waktu 6 menit. Kami menunggu di lobi hotel sampai taksi kami datang.




Sebuah taksi Yellow top datang tepat waktu, kami minta segera diantar ke bandara Changi. Biaya yang tertulis di argo adalah S$16,- namun supir menagih bayaran S$21,-. Tanpa banyak bicara kami memberikan S$22,- lalu turun untuk check in karena waktu sudah sempit.

Sebelum check in kami ke pusat GST refund untuk menyerahkan formulir pengembalian pajak. Disarankan beberapa barang jangan dimasukkan dalam bagasi pesawat karena ada kemungkinan untuk diperiksa keberadaannya saat menerima refund setelah check in. Karena kekurangan waktu dan pesawat sudah lama boarding kami tidak sempat lagi mengambil refund sepatu dan mengurus pengiriman formulir refund belanja di Mustafa Centre. Tapi kami tidak terlalu kecewa karena nilai refund untuk sepatu tidak terlampau besar dan refund dari Mustafa centre bisa menyusul dikirim kali lain oleh kami atau menitip teman kami bila ke Singapura.

Dengan pesawat Air Asia nomor penerbangan QZ7789 (pesawatnya lebih besar daripada pesawat waktu kami ke Singapura) kami pun terbang ke Jakarta. Di pesawat kami memesan makanan dan minuman karena ternyata kami lupa sarapan sangkin terburu-burunya. Setelah mendarat kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan karena kami selamat dan mendapatkan pengalaman manis yang singkat namun padat selama di Singapura. Di bandara kami sudah ditunggu oleh supir dan kami putuskan untuk makan dulu di restoran padang Sederhana di kawasan Kelapa Gading karena perut masih saja keroncongan.




Dalam waktu singkat kami sudah kembali ke tanah air tercinta dan kembali menyambut kemacetan dan ketidakteraturan lalu-lintas dengan lapang dada. Terdengar kembali suara khas klakson kendaraan yang tidak sabar "Tin...... tin..........".
Oh MRT, we're gonna miss you.... hahahaha...


JALUR MRT SINGAPURA
klik link dibawah ini:




YANG HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM MENGUNJUNGI SINGAPURA
Peraturan-peraturan penting di Singapura yang harus dipatuhi: klik link dibawah ini:


TOURIST GTS REFUND SCHEME

klik link dibawah ini: